Palembang, Haluan Sumsel – Pengadaan vaksinasi COVID-19 menimbulkan beragam sikap dan perilaku masyarakat. Bahkan sejumlah keraguan muncul menanggapi efektivitas vaksin. Namun berdasarkan penelitian, antusias publik terhadap vaksinasi turut menekan peningkatan kurva epidemi.

Menurut Ahli Epidemiologi Sumatra Selatan (Sumsel), Dr Iche Andriyani Liberty, minat publik menerima vaksinasi COVID-19 mampu mengurangi penambahan kasus harian. Apalagi hasil pendataan angka kurva epidemi tiga bulan terakhir di Sumsel, kasus harian mencapai di atas seribu kasus.

“Kebanyakan OTG COVID-19 mulai umur 20 tahun. Artinya, potensi percepatan kasus tinggi. Oleh sebab itu dari data kurva epidemi yang belum stabil harus bersinergi dengan memperkuat 3M dan 3T seiring vaksinasi yang terus berjalan,” kata Iche dalam Outlook Series Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang bertema ‘Sosial Masyarakat Sumsel Pasca Vaksin, Sabtu (23/1/2020).

Meski data harian COVID-19 menyentuh angka kesembuhan hingga 82,32 persen, namun secara menyeluruh dan mencapai persentase tinggi jauh di atas nasional yang hanya sekitar 60 persen. Pandemik katanya tidak akan berhenti tanpa antisipasi dengan kunci utama siap vaksin.

“Dibantu tren mobilitas yang menurun, vaksinasi COVID-19 bisa berjalan baik. Berdasarkan pendataan kurva epidemi, penyebaran terjadi karena mobilitas tinggi,” ujar dia.

Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 diharapkan mampu berefek dengan mobilitas publik. Pendataan terakhir, mobilisasi warga Sumsel di luar rumah juga ikut turun. Seperti melakukan aktivitas di kafe yang berkurang 30 persen.

“Artinya imbauan pemerintah pun mendorong publik mengurangi aktivitas,” katanya.

Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang, dr Fauzia menuturkan, vaksinasi COVID-19 tidak membuat pandemik hilang begitu saja. Namun kehadiran vaksin membantu memperkuat antibodi dan meningkatkan imunitas tubuh.

“Vaksinasi tidak bisa menghalangi masuk kuman, tetapi vaksinasi COVID-19 dalam satu waktu membuat dua pertiga dari 270 jiwa kelompok masyarakat terlindungi dari virus,” tuturnya.

Ahli Mikrobiologi Sumsel, Prof Yuwono menjelaskan, penilaian terhadap COVID-19 harus diketahui bahwa kasus ini tidak lebih besar dari HIV, influenza dan TBC. Namun penderita COVID-19 memiliki angka kematian 0,4 persen dari kasus aktif bagi pasien dengan kasus berat.

“Angka mutlak secara global, COVID-19 per hari kasus aktif mencapai 112.255 orang,” jelas dia.

Sedangkan kasus krisis COVID-19 dilihat berdasarkan tingkat penularan dan bagaimana riwayat perjalanan penyakit. Sebab jika pasien positif namun tanpa gejala penyakit, dikhawatirkan bisa menularkan kepada yang komorbit (penyakit penyerta).

“Karena kalau sudah kena ke yang berat, dampaknya sulit untuk masuk fase membaik,” timpalnya.

Menyoal bagaimana kehadiran vaksin COVID-19 memunculkan paradigma bisnis dan politik di tengah masyarakat, menurut pengamat sosial sekaligus Guru Besar Universitas Islam Negeri Raden Fatah (UIN RF) Palembang, Abdullah Idi mengimbau, sebaiknya pemerintah dan pemangku kepentingan bersikap transparansi.

“Seperti memberikan riwayat pengadaan, anggaran, dan bagaimana target sasaran vaksin COVID-19 harus terinformasi jelas,” kata dia.

Sedangkan menanggapi keraguan vaksin COVID-19, Abdullah Idi menilai, hal ini bukan kali pertama terjadi. Sebelum ada vaksin COVID-19, sudah banyak rasa tidak percaya dari masyarakat terhadap kehadiran vaksin-vaksin lain.

“Saya mengutip artikel kesehatan, bahkan perbandingan sebelumnya (vaksin lain) di banyak negara tingkat kepercayaannya hanya 50-60 persen yang bersedia vaksinasi. Ini tantangan pemerintah untuk menumbuhkan kepercayaan,” tandas dia.

Artikulli paraprakTahun 2021, Sumsel Optimalkan Pajak Perairan
Artikulli tjetërDoni Monardo Umumkan Dirinya Positif COVID-19

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini