Bandung, HaluanSumsel — Urban farming atau pertanian perkotaan dapat menjadi salah satu cara efektif untuk memulihkan perekonomian sekaligus memenuhi kebutuhan pangan dalam skala rumah tangga saat pandemi COVID-19.
Sebagai upaya menggencarkan urban farming, Komite Pemulihan Ekonomi Daerah (KPED) Jabar siap memfasilitasi gerakan Urban Farming 1.000 Masjid. Masyarakat dan komunitas pun didorong untuk terlibat dalam gerakan tersebut.
Anggota Divisi Pertanian dan Ketahanan Pangan KPED Jabar Rochadi Tawaf mengatakan, urban farming dapat mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan lahan-lahan terbatas di perkotaan.
“Masyarakat bisa memenuhi kebutuhan pangannya dalam skala rumah tangga atau komunitas,” kata Rochadi dalam webinar bertema “Pertanian Perkotaan: Urban Farming 1.000 Masjid” yang digelar KPED Jabar, Sabtu (8/5/2021).
Selain itu, kata Rochadi, urban farming dapat memberdayakan kelompok masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19. Masyarakat dapat mempertahankan ketahanan pangan dengan menanam sayuran dan memelihara hewan ternak bernilai ekonomis di lahan-lahan sekitar tempat tinggal.
“Bila dikelola dengan baik, urban farming ini akan bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga atau komunitasnya. Bahkan di beberapa daerah bisa memenuhi kebutuhan restoran dan pasar tradisional,” ucapnya.
“Masjid tidak hanya sebagai pusat kegiatan ibadah, tapi juga sebagai kegiatan ekonomi masyarakat. Memang perlu dipersiapkan sarana dan prasarananya dari hulu hingga hilir, tapi kami siap untuk bahu-membahu dengan mayarakat dalam kegiatan ini,” imbuhnya.
Menurut Rochadi, dengan ikut dalam gerakan tersebut, kesejahteraan masjid bisa meningkat. Bagi DKM yang tertarik bergabung dalam gerakan, bisa mendaftar ke tim KPED Jabar. Selanjutnya, akan diidentifikasi, diberikan pelatihan awal, bahkan dibimbing dalam pemasaran hasil taninya.
“Pendanaannya kita gunakan crowd funding, bukan dari pemerintah tapi dari CSR, BUMN, BUMD, sponsorship, PKBL,” tuturnya.
Pendiri Urban Farming 1.000 Masjid Hadiyan Nur Sofyan menuturkan, gerakan tersebut telah dilaksanakan di beberapa masjid. Salah satunya Masjid Al-Idrisiyah di Kota Bandung. Masjid tersebut sudah bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya akan sayuran dan juga kebutuhan telur.
Ketua KPED Jabar Ipong Witono menyambut baik gerakan tersebut. Menurutnya, skala gerakan tersebut akan membesar seiring dengan keterlibatan banyak pihak. Ia pun berharap urban farming dapat menjadi kultur baru dalam ketahanan pangan masyarakat.
“Tidak hanya masjid, rumah ibadah lainpun semoga bisa melaksanakan kegiatan yang sama. Nanti akan kita laksanakan juga di sekolah dan pesantren. Saya percaya pemulihan ekonomi sekarang ini sangat tergantung pada peran aktif masyarakat,” kata Ipong.
“Salah satu hikmah COVID-19 adalah kemandirian warga di sektor pangan dengan menciptakan ketahanan pangan berbasis komunitas seperti urban farming ini,” tambahnya.
Sementara itu, penasehat KPED Jabar Sarwono Kusumaatmadja menilai urban farming memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kemandirian pangan. Selain itu, urban farming dapat menjadi alternatif dalam menjaga ketahanan pangan pada masa depan.
“Pemerintah telah memiliki program untuk mengatasi krisis pangan dengan food estate, tapi tidak cukup hanya itu. Masyarakat banyak harus dilibatkan secara aktif. Masyarakat kita sudah memiliki tradisi berkebun, tinggal kita dorong sehingga bisa menjadi skala yang lebih besar lagi,” kata Sarwono.