Papua, Haluan Sumsel – Kontingen Sumsel merasa dicurangi pihak panitia dan tim juri cabang olahraga (Cabor) bermotor kelas standar perorangan putra, Rabu (6/10/2021). Karena kemenangan pembalapnya, Radeta dirampas atlet lainnya asal Suawesi Tengah, Carlos. Padahal seharusnya yang bersangkutan yang harus digugurkan.
Semestinya Radeta mendapat medali perunggu. Tapi diputuskan Carlos yang dapat perunggu. Menurut pelatih Bermotor Sumsel, Yuliansyah diddampingi Asisten Manager Tim Bermotor Sumsel, Maryadi, kejadian tersebut bermula saat di race terakhir terjadi persaingan antara Radeta dan Carlos. Dimana posisi Radeta di kanan pinggir aspal, sementa pemebalap Sulteng itu sebelah kirinya.
Tiba-tiba Carlos itu mepeket motor Radeta, sehingga sampai keluar aspal. Namun sepeda motor tetap melaju. Sehingga sampai ke finish, motor Radeta tetap di luar aspal, namun tetap finish lebih dahulu masuk garis. Oleh panitia dan tim juri, Radeta dianggap tidak finish, dengan alasan sepeda motornya berada di luar aspal. Keputusan itu pun ditolak Race Direktor, Edi Herison, namun tetap diputus tim juri yang menang Carlos.
“Kami protes, namun tidak digubris penitia dan tim juri. Padahal kami banyak saksi dan ada bukti videonya,” kata Maryadi.
Atas kejadian itu, pihaknya sudah mengajukan banding ke PB PON, dan diharapkan diputus secepatnya.
Dalam lomba tersebut, meraih medali emas pembalap Papua, sementara perak diraih pembalap Jawa Tengah.
Protes dan banding tersebut didukung sepenuhnya tim KONI Sumsel. Ketum KONI Sumsel, Hendri Zainuddin berharap agar PB PON melihat kejadian itu secara objektif, sehingga tidak menciderai sportivitas olahraga.
“Kita harus menjunjung tinggi nilai sportivitas olahraga. Karena itu kita juga tempuh jalan yang sudah digarsikan, banding ke PB PON,” katanya.
Sementara Radeta juga mengaku kecewa dengan keputusan tim juri tersebut. Karena jelas-jelas pembalap Sulteng melakukan kecurangan, dan saat finish pun dia lebih dahulu menyentuh garus finish. (Rill/RN)