Palembang, Haluan Sumsel – Imlek merupakan perayaaan sarat tradisi bagi warga keturunan Tionghoa. Perayaan dengan identitas toleransi ini selalu diwarnai pernak-pernik khas dominan warna merah.
Setiap tahun kios-kios kerajinan khas Imlek selalu dipadati masyarakat yang ingin membeli, bahkan suasana kemeriahan turut dirasakan masyarakat umum. Namun, perayaan Imlek tahun ini dilaksanakan di tengah kondisi pandemik COVID-19.
Ya, pandemik pun memukul sektor perdagangan, tak terkecuali mereka yang menjual pernak-pernik Imlek termasuk di Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Omzet mereka turun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Keluhan itu datang, salah satunya dari pedagang bernama Rini Susilawati. Menurut dia, pandemik COVID-19 sangat terasa dampaknya jika dibandingkan sebelum momen Imlek berlangsung.
Rini merupakan pemilik Toko Guntur itu berkaitan dengan tradisi masyarakat Tionghoa, seperti garu, angpao, kertas Shenfu (kertas Hu atau jimat), kalender China dan berbagai bentuk lampion.
“Faktor corona, turun hingga 75 persen pembeli. Apalagi Imlek ini, jauh peminatnya turun drastis lebih dari setengah,” ujarnya, Sabtu (6/2/2021).
Toko yang terletak di Jalan Sayangan Kawasan Pasar Tradisional 16 Ilir ini sudah puluhan tahun berdiri. Pelanggannya pun gak hanya dari Kota Palembang, melainkan dari beragam Kota/Kabupaten di Sumsel. Rini menyebut, banyak pembeli yang berasal dari wilayah pedesaan.
“Borong dari luar kota ada kebanyakan dari Muara Enim, Prabumulih, Lubuklinggau, Muaratara dan lain-lain. Tapi kalau dari klenteng memang kurang sekali tahun ini,” ungkap dia.
Memasuki Kios yang langsung disambut nuansa ceria dari warna merah terang simbol keberuntungan. Toko Guntur menawarkan variasi aksesori khas Tionghoa dan sejumlah barang kebutuhan Imlek dengan harga cukup murah dan tidak menguras kantong.
“Selain lilin dan garu, mereka beli juga pernak-pernik Shio, untuk keyakinan nasib mereka ke depan. Terus alat sembayang yang biasanya dua minggu sebelum Imlek meluber, sekarang minim pembeli. Padahal kita jual harga mulai Rp15-55 ribu untuk garu dan ini termasuk murah,” kata Rini.
Rini menyampaikan, penyesuaian harga yang ditawarkan tergantung dari jenis, bentuk, ukuran dan bahan dari produk masing-masing. Kualitas makin bagus, tentu harga pun ikut meningkat.
Namun dengan kondisi sekarang, Toko Guntur menawarkan harga lebih murah dari biasanya. “Kami gak naik harga, tetep standar ada malah yang penting balik modal,” kata dia.
Diapun berharap, kondisi ke depannya membaik dan kembali normal seperti sebelum pandemik. “Paling tidak, pendapatan seperti tahun-tahun kemarin,” kata dia.